Iran Akan Blokade Selat Hormuz, 20% Perdagangan Minyak Dunia Terancam Terganggu


IdnSides, Teheran - Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah laporan bahwa Iran sedang mempertimbangkan untuk memblokade Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Samudra Hindia. Keputusan ini muncul sebagai respons terhadap serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu, yang memicu ancaman balasan dari Teheran, Jum'at (27/06/2025).

Selat Hormuz, yang hanya selebar 33 kilometer pada titik tersempitnya, merupakan jalur vital bagi perdagangan minyak global. Sekitar 20% dari konsumsi minyak dunia, atau sekitar 17-21 juta barel per hari, mengalir melalui selat ini, bersama dengan sepertiga dari gas alam cair (LNG) dunia. Jika Iran benar-benar menutup selat ini, dampaknya terhadap pasokan energi global diperkirakan akan sangat signifikan, dengan potensi kenaikan harga minyak Brent hingga lebih dari $110 per barel, menurut perkiraan Goldman Sachs.


Parlemen Iran Menyetujui Rencana Penutupan

Menurut laporan dari Press TV, media milik pemerintah Iran, parlemen negara tersebut telah menyetujui usulan untuk menutup Selat Hormuz sebagai bentuk pembalasan atas serangan AS. Namun, keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Komandan Garda Revolusi Islam, Sardar Esmail Kowsari, mengatakan bahwa penutupan selat sedang "dipertimbangkan dengan serius" dan Iran akan mengambil keputusan "dengan tekad penuh."


Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Aragchi | Foto: Metro TV

Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Aragchi, ketika ditanya mengenai kemungkinan ini, hanya menyatakan bahwa Iran memiliki "berbagai opsi" tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Sementara itu, Hossein Shariatmadari, perwakilan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dilaporkan menyerukan penutupan selat untuk kapal-kapal dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Prancis sebagai respons langsung terhadap serangan AS.

Pihak internasional bereaksi keras terhadap ancaman ini. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyebut langkah untuk memblokade Selat Hormuz sebagai "kesalahan besar" dan "tindakan bunuh diri ekonomi" bagi Iran, mengingat potensi dampaknya terhadap ekonomi global dan hubungan Iran dengan negara-negara tetangga. Sekretaris Negara AS, Marco Rubio, juga mendesak Tiongkok untuk mendorong Iran agar tidak menutup selat, mengingat ketergantungan Beijing pada minyak yang mengalir melalui jalur ini.

Post a Comment

أحدث أقدم