IdnSides, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa lokasi tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, tidak mengganggu kawasan pariwisata utama, khususnya Pulau Piaynemo, yang dikenal sebagai ikon wisata global. Dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (05/06/2025).
Bahlil menyatakan bahwa tambang nikel yang dikelola PT Gag Nikel berlokasi di Pulau Gag, berjarak sekitar 30–40 kilometer dari Piaynemo.
“Piaynemo itu pulau pariwisatanya Raja Ampat. Saya sering ke Raja Ampat. Pulau Piaynemo dengan Pulau Gag itu kurang lebih 30 sampai 40 kilometer. Wilayah Raja Ampat memang harus kita lindungi sebagai kawasan pariwisata,” tutur Bahlil.
Ia menambahkan bahwa Raja Ampat terdiri dari berbagai pulau dengan fungsi berbeda, termasuk zona konservasi, pariwisata, dan pertambangan yang telah diatur, seperti di Pulau Gag.
Bahlil juga menjelaskan bahwa PT Gag Nikel, anak usaha PT Antam Tbk, telah beroperasi sejak 2018 berdasarkan Kontrak Karya yang diterbitkan pada 1998, jauh sebelum ia menjabat sebagai menteri.
Pernyataan Bahlil ini langsung mendapatkan sanggahan tegas dari Greenpeace Indonesia. Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Rio Rompas, menyebut pernyataan tersebut menyesatkan karena mengesampingkan keterkaitan ekosistem Raja Ampat yang merupakan satu kesatuan utuh.
“Jangan disesatkan dengan jarak pulau-pulau. Biodiversitas Raja Ampat saling berkaitan. Kerusakan di satu pulau, seperti Pulau Gag, bisa berdampak besar pada ekosistem secara keseluruhan,” tegas Rio, dikutip dari Tribunnews.com, Sabtu (7/6/2025).
Greenpeace juga menyoroti bahwa wilayah seperti Kawe, yang lebih dekat dengan destinasi wisata Wayag dan Piaynemo, turut masuk dalam zona pertambangan. Padahal, kawasan ini merupakan bagian dari Global UNESCO Geopark. Rio menegaskan bahwa Raja Ampat menyimpan 75% keanekaragaman hayati laut dunia, khususnya terumbu karang, yang dikenal sebagai “mahkota koral” secara global.
Posting Komentar